Saturday, December 27, 2008

Meninggalkan Masa Lalu... dan Tetap Terkena Imbas Ironi

Bingung mau pilih font yang mana, tapi kayaknya Lucida Grande cocok-cocok ajer ni.

=========================================================

Sebentar lagi akhir tahun.
Melihat ke belakang, sepertinya banyak sekali dosa yang telah dibuat, banyak sekali masalah yang datang di depan hidung. Ud cukup pusing, kalo ajer ini otak mirip komputer, gampang banget tinggal:
"Pilih folder, Shift-Del"

Banyak memori pahit yang menggunung, mencipta jurang tidak terbatas. Cobalah lompat, tidak akan ada rasa sakit karena dasarnya begitu dalam. Justru setelah dipikir-pikir, aku menjadi diri aku yang sekarang ini karena masa lalu yang diwarnai kuas-kuas orang munafik dan kejam.

Cukup ironis sih...
Ingin melupakan masa lalu dan menyongsong hari esok dengan penuh optimisme, tapi sadar kalau diri sekarang ini dibangun oleh luka. Dihitung-hitung, jumlah teman yang ada sekarang menyusut. Analoginya mirip judul film seri jaman dulu: 90210. Ninety to ten. Dari sembilah puluh menjadi sepuluh. Dari banyak menjadi seciprit. Mereka menghilang dari lingkaran persahabatan karena:
1.
Ngucilin kita-kita karena udah ngga sanggup bersandiwara di hadapan kita dan nganggep it's all over.
2. Ngucilin kita-kita karena perbedaan prinsip.
3. Menganggap gw sama temen-temen non-eksisten.
4.
Berbuat sesuatu yang menusuk hati.
5. Keputusan mereka untuk menghilang.

Dan kalau beruntung, mereka akan melakukannya sesuai dengan urutan itu.

=========================================================

Natal telah lewat.
Setiap Natal selalu ada tumbal.
Tumbal minimal satu teman menghilang.
Selalu dan selalu, sejak awal masuk kampus dulu di tahun 2003.

Untuk yang kali ini, dia menghilang karena keputusannya buat ngucilin gw, ignoring me in many ways possible. Ngga tau pasti apa alasannya, tapi buat apa nanya?
Bilangnya sih masih temenan, cuma lagi males ngomong ajer.
I can only say... it's bullsh!t. Teman itu bukan objek, tapi subjek, insan yang ngga bisa dipergunakan seenak jidat, bukan komoditas dagang di pasar pertemanan. Dengan banyaknya korban yang dia target, ternyata memang benar kalau dia sengaja membuat tension. Upaya diri untuk mendapatkan perhatian dengan cara-cara tidak sehat? Mungkin. Sisi egois yang cukup tinggi. Mau tau tingkat egonya?:

|----------------------------------------| >[]< (Overkill)

Dia juga punya blog, dan di situ dia menyatakan kalau dia mau melupakan masa lalu dia yang pahit juga. I guess it's fair then if I use your concept. Bedanya, I won't forget about you. Silahkan kalau mau melupakan soal diri gw, I respect your decision to ignore me.

Cuma satu hal yang bisa gw bilang (kalo U memang nganggep gw sebagai masa lalu U yang sepatutnya dilupakan):
You are so ironic... you bend your own well patterned concept.

(Ditulis oleh Angga karena tau dia sudah dikucilkan dan tidak dianggap sebagai teman secara tidak langsung, biarpun katanya "Siapa yang bilang? Gw ga pernah bilang gitu. Gw cuma males ngomong aja ama lu.")

1 comment:

P(l)ay said...

Teman itu bukan objek, tapi subjek, insan yang ngga bisa dipergunakan seenak jidat, bukan komoditas dagang di pasar pertemanan. Dengan banyaknya korban yang dia target, ternyata memang benar kalau dia sengaja membuat tension.
(mantap bro...byk pengalaman kek gini nih)